Breaking

Senin, 15 Agustus 2016

Please God! Aku Ingin Dia. #CurhatJombloMintaJodoh.

Please God! Aku Ingin Dia.

Penulis : de_paresma, dkk

Editor : AH. Zain Malik.

Cetakan : pertama, Mei 2014.

Penerbit : PING!!! 

ISBN : 978-602-255-564-3




Sinopsis buku 

Bagiku, orang kalau suka kopi itu berarti dia bisa diajak hidup hitam, tidak minta selalu terang. Ada phitnya dan ada rasa manis yang sesekali rasa pahit menyeruak tajam kepada rasa manisnya. Jadi, aku suka orang yang tidak terlalu mengejar gemerlap langit. (@azzqie)

Aku hanyalah pungguk merindukan sang bulan, menunduk dan hanya bisa bersenandung menanti – nanti waktu. Tak pantas seorang yang bisa jadi sempurna di mata Ilahi, kan berakhir menjadi seorang suami bekas pendosa seperti diriku. (@nisameiga).

Aku juga akan memiliki jodohku sendiri. Mungkin ia tidak tampan, tidak kaya tapi mau berusaha. Ia tidak pintar tapi rajin. Peduli dengan keluarga dan menyayangiku dengan sepenuh hatinya. (@ercehauliyasari)

Inilah suara – suara hati yang terkumpul dari lomba menulis #CurhatJombloMintaJodoh.

Resensi :

Penerbit PING!!! Yang merupakan lini dari penerbit Divapress memang sering mengadakan lomba menulis, salah satunya adalah event #CurhatJombloMintaJodoh. Kalau dari judulnya, rasanya klop banget ya kalau yang baca kumcer ini sama – sama jomblonya *uhuk*. Lebih mengena karena senasib dan sepenanggungan. Seluruh ceritanya seperti curhat colongan, meskipun menulisnya secara gambling kayak cerita ke temannya, ataupun curhat tipis – tipis alias curhat yang terselubung, penuh dengan diksi yang menyentuh.

Secara pribadi, senang sih dengan membaca kumcer (kumpulan cerpen) seperti ini, jadi bacanya nggak harus dari halaman pertama, bisa baca cerita kesepuluh terus lanjut cerita kedua, ya suka – suka kita lah baca dari mana. Tetapi, kadang aku bacanya dari cerita pertama, kalau cerita pertama sudah menarik hati, rasanya pengin lanjut ke cerita berikutnya.

Ada 43 cerpen di dalam kumcer ini, tapi aku sedikit ceritakan 5 kumcer, 3 kumcer yang nongol di synopsis buku, dan 2 kumcer pilihanku yang jleb di hati.

Jodoh rasa kopi.

Merupakan cerpen pertama di dalam kumcer ini, langsung jatuh cinta, nggak kelihatan kalau lagi curhat karena dibalut dengan diksi yang indah. Oiya, penggambaran tentang jodoh nggak menggurui sih, seperti kita – kita yang masih terus mencari jodoh (((kita – kita))). Kumcer yang minim percakapan alias kebanyakan deskripsi tapi nggak bikin bosen.

“Robb… inikah cinta yang kupesan senja itu? Dengan bau bumi yang terguyur derasnya hujan-Mu, dengan jingga yang ranum di pokok tenggara-Mu. Gusti… ini rindu yang kuurai fajar lalu. Kopi dingin sisa malam itu masih menunggu, mungkin disapa oleh bibir yang sedari gelap bercengkerama dengan mimpi.” Halaman 9.

Bagai pungguk merindukan bulan.

Cerpen kedua yang ada di blurb bukunya nih, ternyata ya masih menggunakan desripsi, minim dengan percakapan, berhamburan diksi dalam cerita ini.

"Lelaki itulah purnama, bersinar terang, namun tak silau di atas langit sana. Sibuk beribadah dan menebarkan wewangian surga ke sekeliling tempat ia berjalan. Aku hanyalah pungguk merindu sang bulan, menunduk dan hanya bisa bersenandung sendu menanti - nanti waktu." halaman 140.


Jodoh di pelukan esok. 

Cerita ketiga yang muncul di blurb buku, ternyata berbeda loh "pola"nya dari kedua cerita di atas. Cerita ini lebih seperti menulis diary, bahasa sehari - hari tapi bukan alay, Disisipkan beberapa ayat. Meskipun lumayan panjang ceritanya, tapi nggak melelahkan di mata.

"Aku percaya saat ini Allah masih menganggapku kuat. Pasti akan ada saat jika aku sudah tidak sanggup lagi, pertolongan akan datang untukku. Mungkin ketika itu jodohku yang telah dijanjikan oleh Allah, akan hadir dan membantuku menunaikan tugas sebagai hamba di dunia". halaman 246.

Oiya, yang aku garis bawah, koreksi sedikit saja karena terdapat pemborosan kata, lebih baik pilih salah satu, saat atau jik.

Setelah membaca ketiga cerpen tersebut. Saatnya pilih cerpen secara acak nih, 2 cerpen yang aku pilih adalah :

Tuhan, siapakah jodohku?

Dari judulnya saja, sudah penuh dengan kegalauan. Galau - galau sedap gimana gitu. Bahasanya nggak terlalu diksi gimana gitu, coba deh yang galau karena jodoh belum datang, baca cerpen ini seperti senasib sepenanggungan, huwooo...

"Cinta bukan paksaan, tapi tentang perasaan. Aku tidak ingin cinta yang luar biasa tapi rumit dan berbelit - belit, cukup cinta sederhana yang berakhir bahagia. Sebab, bahagia itu sederhana. Ingin rasanya ketika aku mencintai seseorang, aku tidak tahu alasan mengapa aku mencintainya. Tapi itu terlalu munafik, bukan?" halaman 156.


Doa dalam diam. 

Agak malu - malu gimana gitu baca cerpen yang satu ini, ceritanya gamblang. Biasanya masih terselip perumpamaan atau diksi yang gimana gitu untuk mengekspresikan perasaan. Cerpen yang terselip pesan moral, tapi nggak menggurui sih. Cerpen yang tentu saja dari sudut penulis, keresahan dalam pergaulan, sepertinya lumayan sedikit yang memiliki persamaan pemikiran terhadap si penulis ini.

"Terkadang, kita memang harus jadi minoritas membela kebaikan. Tapi itulah bagian perjuangan". halaman 102.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

close