Penulis : Riawani Elyta.
Editor : Dewi Fita.
Penerbit : Rak buku.
Halaman : 194 halaman.
Cetakan : Pertama, 2013.
ISBN : 9786021755969
Blurb :
Suara dari masa lalu itu masih berhembus kencang. Menyergapku dalam rindu yang dingin. Ia bercerita tentang sebuah rasa yang terus tumbuh dan terpelihara. Jika tidak pada tempatnya, maka ia tak ubahnya ilalang kering.
Kusadari, bayang - bayangmu tak hadirkan rasa benci, tetapi rindu yang perlahan - lahan berembus.
Ini cerita tentang aku,
Aku yang menapaktilasi masa lalu,
Mencoba mencari rasa yang terserak untuk menetapkan hati
Aku yang berjalan mengitari hatinya, mencoba mencari getaran itu kembali
Ketika semua terasa hampa, apakah kau masih mau berdiri di sana...
Menungguku pulang dan memelukku erat
Resensi :
Kehidupan rumah tangga Maira dan Yudha terusik dengan kehadiran wanita masa lalu, wanita yang pernah dicintai oleh Yudha. Pengakuan demi pengakuan yang terlontar dari mulut wanita masa lalu itu mengiris setiap sisi di jantung Maira. Kebenaran dari masa lalu yang seharusnya Maira ketahui dari suaminya, bukan dari orang ketiga. Baik Maira maupun Yudha memilih caranya masing - masing untuk menyelesaikan permasalahan yang cukup pelik. Maira memilih untuk meninggalkan Yudha, melakukan perjalanan pecinta alam yang telah lama Maira tinggalkan. Namun, alasan yang paling utama untuk mengikuti kegiatan pecinta alam adalah untuk bertemu laki - laki masa lalu Maira, laki - laki yang masih ia rindukan, mencoba mencari sebuah jawaban untuk hati yang bimbang.
Meskipun nama Riawani Elyta tidak asing bagi pembaca novel, tapi ini merupakan novel pertama Riawani Elyta yang aku miliki. Halaman pertama sudah dihadapkan dengan konflik, tetapi masih berupa puzzle yang harus disatukan, menggunakan deskripsi yang indah tapi tidak terkesan "memanjangkan" cerita agar terlihat penuh.
Tidak seperti novel yang aku baca sebelumnya, di novel perjalanan hati tidak ada tokoh antagonis atau pun protagonis, semuanya memiliki sisi putih dan sisi hitam. Yudha dengan kisah kelamnya di masa lalu, Maira dengan sikapnya yang membuka celah perselingkuhan.
Novel yang mengangkat isu - isu tentang kehidupan berumah tangga ini memang banyak sekali pesan yang tersirat.
Kedua alisnya berkerut, sementara kedua matanya menyipit, hampir terpejam. Lidahnya akhirnya lebih dulu mengalah, menyemburkan sekerat roti yang belum lagi sempat mencapai tenggorokannya. - halaman 2-Seting tempat di dalam novel ini adalah Pulau Gunung Anak Krakatau, seperti yang bisa aku tebak dari halaman awal, setingannya tidak asal tempel, begitu detail dijabarkan hingga terasa menapaki Pulau Gunung Anak Krakatau.
Beberapa anggota rombongan yang sepertinya baru kali ini, atau pun baru beberapa kali saja mengikuti trip backpaker, tampak sangat antusias saat kaki - kaki mereka menjejak di atas pasir yang warnanya hitam legam. Seperti warna batu, juga sebagian pasir yang warnanya abu - abu tua seperti lumpur. - halaman 106-
Tidak seperti novel yang aku baca sebelumnya, di novel perjalanan hati tidak ada tokoh antagonis atau pun protagonis, semuanya memiliki sisi putih dan sisi hitam. Yudha dengan kisah kelamnya di masa lalu, Maira dengan sikapnya yang membuka celah perselingkuhan.
Novel yang mengangkat isu - isu tentang kehidupan berumah tangga ini memang banyak sekali pesan yang tersirat.
Rintangan ada untuk dihadapi, bukan untuk dihindari. -Halaman 105-Penyelesaian akan konfliknya memang sedikit mengganjal, happy ending tapi rasanya masih menggantung. Memang dibutuhkan hati yang besar untuk menerima segala kekurangan dari pasangan kita, apalagi jika harus menerima masa lalunya kelam mengikuti setiap langkahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar