Breaking

Rabu, 04 Maret 2015

First Love : Ketika Cinta Pertama Mengetuk Kembali

Koleksi Pribadi.


Judul : First Love.

Penulis : Helga Rif.

Editor : Dewi Fita.

Penerbit : Rak Buku.

Halaman : 327 halaman.

Cetakan : Pertama, Mei 2014.

ISBN : 9786021684016.


Blurb (Sinopsis Buku) :

Seharusnya jatuh cinta itu mudah kan?

Seharusnya, putus cinta pun semudah itu, jika kita sudah tidak bisa berjalan bersama kenapa memaksakan hal yang tidak mungkin.

Begitu pun yang diyakini Alvira dan Guntur... dulu. Saat waktu mempertemukan mereka kembali, kenapa sulit sekali bagi keduanya untuk menganggap cerita lama hanya bagian dari sejarah. Rasa itu terlalu kuat untuk diabaikan. Hmm... bagaimana jika memang mereka memang meant to be for each other?



Resensi :

Jika ada yang bertanya siapa penulis favoritku, seperti susah untuk dijawab, karena aku cenderung memilih novel dengan penulis yang masih "baru" yang belum aku kenal, bukunya belum aku beli sebelumnya. Termasuk novel yang satu ini, yang memang belum pernah baca karyanya. Biasanya dengan membaca buku pertama "si penulis" yang belum kita kenal, dan kemudian kita membeli lagi karya selanjutnya, kita akan mengetahui kemajuan dari teknik penulisannya yang semakin membuat nikmat untuk membaca karyanya yang lain.

First Love bercerita tentang Alvira Qeana yang merupakan pemilik Qeana Wedding Organizer. Memiliki masa lalu, yaitu cinta pertamanya yang tak pernah bisa ia lupakan, meskipun sudah banyak pria lain yang singgah di hatinya, namun tak pernah bertahan lama. Adalah Guntur merupakan cinta pertama Alvira. Mereka berdua berpisah karena keadaan. Namun, dipertemukan karena campur tangan "takdir". Guntur merupakan seorang chef yang bekerja di salah satu perusahaan catering ternama. Perusahaan catering di mana Guntur bekerja, ternyata bekerjasama dengan Qeana Wedding Organizer. Pertemuan mereka yang tidak disengaja itu, membuat perasaan yang lama muncul kembali. Tak dipungkiri Alvira masih menyimpan perasaan kepada Guntur, tapi semua tidak semudah yang Alvira bayangkan, masih ada rasa tidak kepercayaan kepada Guntur, tidak ingin masa lalunya terulang lagi, apalagi ada wanita lain yang dekat dengan Guntur.

Alur yang digunakan dalam novel ini merupakan alur maju dan mundur. Karena penulis juga menceritakan bagaimana masa lalu Alvira dan Guntur. Pembaca tidak dibuat bingung kapan merasakan alur maju atau mundur, karena ketika berada di dalam alur mundur, maka penulis menuliskan dengan huruf miring.

"Gimana ujiannya tadi, Ra? Bisa jawab?" tanya Guntur kepada Alvira ketika mereka berdua berjalan bersama melintasi lapangan untuk meninggalkan sekolah.... (halaman 49)."

Kisah cinta yang klasik, di mana sang matan hadir kembali membuat semua perasaan yang dahulu hilang hadir kembali. Namun, "bumbu" konfliknya membuat gemas. Pertemuan Alvira dan Guntur yang menyenangkan, ternyata ada pihak ketiga yang mengusik, akhirnya Alvira ragu kepada Guntur. Bertemu kembali, ternyata masa lalu sebagai penyebab mereka berpisah terulang kembali, apalagi masalah utamanya ada pada diri Alvira sendiri, berperang terhadap dirinya yang di sisi lain selalu memiliki seribu alasan untuk jatuh cinta kepada Guntur, Namun masih belum bisa meyakinkan diri sendiri bahwa Guntur merupakan orang yang bisa membuat Alvira bahagia.

Novel percintaan yang dibumbui oleh sedikit rasa "dewasa" ada adegan ranjang tapi tidak terlalu vulgar, bukan asal tempel agar lebih "menggoda" namun adegan dewasa ini juga merupakan konflik tersendiri bagi Alvira, karena begitu mudahnya seranjang dengan Guntur meskipun status mereka belum jelas, apakah hanya berteman atau lebih dari itu.

...Memang benar bahwa apa yang mereka lakukan tadi malam bukanlah kali pertama dilakukan baik oleh Guntur maupun dirinya sendiri. Sesuatu hal yang sejujurnya disesalkan pernah terjadi oleh Alvira sebelumnya saat dengan kekasihnya terdahulu. Dan kini, haruskah dia menyesalinya lagi? Saat melakukannya dengan Guntur?.. (halaman 156),
Bisa dibilang karakter Alvira cenderung naif jika sudah menyangkut masalah hati, meskipun Alvira merupakan pemillik Wedding Organizer yang selalu menuntut untuk memutuskan segala sesuatu dengan tegas, begitu juga posisi Alvira sebagai kakak pertama sekaligus satu - satunya bagi Adiknya, yaitu Vita yang selalu bersikap tega jika Vita melakukan kesalahan. Sikap naif ini yang membuat aku gemas, sudah jelas - jelas Alvira masih cinta dengan Guntur, bahkan sikap Guntur yang selalu berusaha untuk mendapatkan cinta Alvira kembali, tapi masih berputar kepada keraguan dan ketidakpercayaan yang membuat semua menjadi rumit.

Tak hanya kisah cinta Alvira yang nantinya pembaca nikmati, namun kisah cinta Vita, adik dari Alvira juga diceritakan meskipun mendapatkan porsi yang sedikit, sebagai cermin jika Vita lebih tegas menghadapi permasalah dengan cinta pertamanya meskipun lebih rumit daripada kisah cinta Alvira dan Guntur.

Gaya bahasa yang nge-pop, setting yang mengambil sudut kota Jakarta, Bandung dan Bogor, membuat "renyah" dan mampu menyelesaikannya dalam waktu satu hari saja.

Pertama kali melihatnya, aku kira hanya cerita cinta dewasa muda yang mudah ditebak, memang sih mudah ditebak akhir cerita dengan tema yang sudah umum. Namun, konflik yang berbeda, konflik yang membuat emosi naik dan turun, pasti memberikan pengalaman membaca yang berbeda pula.

Banyak juga ilmu Wedding Organizer yang baru aku ketahui. Seperti, bagaimana bekerjasama dengan vendor , bagaimana cara promosi tentang usaha WO kita, konsep - konsep pernikahan, bahkan cara untuk menghandle pesta pernikahan yang besar dan berlokasi di luar negeri juga ikut dibahas di novel ini.

Jika diberikan kesempatan untuk bertemu dengan penulisnya, pengin rasanya si penulis menulis novel yang lebih remaja dengan konflik seperti yang dialami Vita, adiknya Alvira. Yaitu mencintai laki - laki yang sudah memiliki istri, tentu saja dengan sudut pandang yang berbeda, dibumbui intrik.

Cerita dengan ending yang bisa ditebak, namun konflik yang dapat membuat naik dan turun emosi dan gaya bahasa renyah. Aku beri 3 bintang dari 5 bintang.

"Jika ada hati bermain di dalamnya, pasti itu cinta." (halaman 115).

"Ternyata usia tidak menjanjikan seseorang berubah menjadi lebih pintar dan bijaksana." (halaman 181).

"Lihatlah ke dalam mata seseorang, maka kamu akan menemukan kebenaran di dalamnya. Namun, satu hal yang tidak akan pernah membohongi dirimu sendiri, yaitu kata hatimu," (halaman 326).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

close