Dasril Iteza – Eagle Flies Alone – Elang Terbang Sendiri - Saya adalah salah satu dari sekian banyak orang yang mengagumi sosok (Alm.) Prof. Dr. Riswandha Imawan (1955-2006)., Pengamat Politik dan sekaligus Guru Besar Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada.
Berawal dari artikel-artikel beliau yang seringkali hadir di beberapa media cetak nasional, termasuk kala itu yang sering meminta pemikiran beliau adalah Televisi SCTV dalam Liputan 6 Petang-nya. Hal yang menarik perhatian saya dari artikel-artikel beliau adalah kalimat “eagle flies alone” yang selalu menjadi penutup artikel-artikel tersebut. Beliau mengartikan, Eagles flies alone sebagai sosok yang berani terbang sendiri dan tidak ikut arus bersama gerombolan burung lain. Sampai disinipun maknanya masih dalam, bukan?
Terseret arus waktu yang melahirkan postingan ini dimana sebuah pengalaman pribadi, pernah suatu ketika ditahun 2003 bersama dua orang teman, saya mencoba menemui beliau di FISPOL UGM untuk mengadakan wawancara dengan beliau untuk memenuhi tugas mata kuliah Oral History (Sejarah Lisan) dari Fakultas Ilmu Budaya UGM. Prinsipnya, dengan segala keramahan yang ada, beliau tidak berkeberatan hanya sayangnya waktu yang ingin kami ambil adalah di hari Sabtu. Akan tetapi secara halus beliau menolak dengan alasan bahwa hari Sabtu dan Minggu adalah hari kumpul bersama-sama dengan keluarga. Akhirnya kamipun tidak jadi mewawancarai beliau. Meski demikian, perjumpaan dengan beliau adalah salah satu memori yang tidak akan terlupakan dan masih terus membekas hingga detik ini!
Kembali ke judul posting diatas, Eagle Flies Alone, mulanya saya tidak terlalu memikirkan maksud dari kalimat penutup tersebut, namun setelah usia semakin bertambah sejalan dengan upaya pencarian makna hidup, saya baru dapat benar-benar memahami filosofi dari kalimat “eagle flies alone” tersebut. Filosofi dari kalimat yang diungkapkan oleh Prof. Riswandha tersebut ternyata sangat dalam sekali maknanya.
Elang salah satu jenis burung yang selalu terbang sendiri, tidak pernah terbang bergerombol atau menunggu kelompoknya untuk terbang bersama-sama. Elang tidak pernah takut akan badai, bahkan ketika badai datang Elang terbang lebih tinggi lagi. Elang tidak tertarik makan bangkai, Elang selalu mengonsumsi daging segar. Elang memiliki visi yang kuat. Tidak peduli rintangan, dia tidak akan bergerak fokus dari mangsa sampai ia meraihnya. Elang juga tidak pernah memanjakan anak-anaknya. Apabila sang induk menganggap anak-anaknya sudah siap untuk terbang, maka sang induk akan merusak sarangnya agar anak-anaknya “terpaksa” terbang dan mencari makan untuk dirinya sendiri.
Saat Sang Elang merasa hidupnya akan berakhir, maka dia akan terbang setinggi-tingginya ke arah matahari, sampai mati dan jatuh kembali ke bumi. Seolah-olah diakhir hidupnya dia masih berusaha mencapai “prestasi” setinggi-tingginya.
Eagle flies alone? Apakah itu berarti tidak butuh pasangan? Representasi kalimat tersebut adalah tentang kemandirian, bukan keegoisan. Elang memiliki pasangan monogami seumur hidup. Elang sangat setia pada pasangannya. Melambangkan komitmen dan janji suci.
Pun, untuk diri pribadi, saya memiliki visi, memegang prinsip dan janji. Setia dan InshaaAllah akan selalu beriman dan bertaqwa kepada Allah Subhannahuwata’ala!
Maha Suci Allah yang telah menunjukkan tanda-tanda kebesaran-Nya melalui seekor burung Elang, agar kita selaku manusia dapat belajar dari makhluk ciptaan-Nya tersebut.
Dasril Iteza - Manggar, 19 Agustus 2016 | 22:00 PM
eagle flies alone – Riswandha imawan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar