Breaking

Jumat, 11 Januari 2008

Perhutani Membangun Pabrik Plywood

Story – Wood – Industry


Lanjutan percakapan dengan Kepala Biro Pemasaran dan Industri Kayu Perhutani Jawa Timur, Ir.Bambang Prayoga Wahjudi, M.M – di Surabaya.


Mengapa harus membangun pabrik plywood sendiri ?

Trend pasar global ke depan, kalau jati tetap diproduksi dalam bentuk solid akan dikatakan masih primitif. Orang Amerika, orang Eropa mengatakan itu primitif karena dipandang kurang menghargai jumlah produksi alamiah yang semakin terbatas, kepada mereka yang memakai furniture kayu solid. Engineering flooring saja yang ketebalannya semula sudah sampai empat milimeter, ketika saya saksikan di Italia belum lama ini, sudah turun lagi menjadi hanya dua milimeter. Jadi cepat sekali berubah. Sementara kita masih bertahan dengan mesin 18 milimeter.

Apakah modal yang dikeluarkan untuk membangun pabrik itu dapat kembali ?

Saya yakin dapat, karena melihat potensi pasar dunia ke depan. Sekarang saya membuat tripleks dari yang ketebalan 3 milimeter sampai 18 milimeter untuk memenuhi tuntutan pasar. Cukup saya lapisi yang 0,6 mili dan 0,4 mili cukup sudah.

Mengapa Anda yakin dapat diterima pasar, hanya dengan menambahkan lapisan texture kayu jati, bagaimana dengan desain produk ?

Ke depan desain juga perlu. Karena pada dasarnya 75 % kenikmatan tuhan itu dapat dirasakan melalui mata. Saya kira yang lebih dini menyadari ini bangsa Jepang. Lihat saja mobil-mobil produksi Jepang. Nyaris setiap tahun keluar model baru sementara mesinnya sama saja.

Untuk itu nanti varian produksinya tidak saja terbuat dari kayu jati. Termasuk akan kami manfaatkan juga jenis kayu lain. Antara lain, kayu suren yang favorit bagi konsumen di kawasan Timur Tengah dan mindi karena seratnya bagus. Juga kayu rengas yang orang bilang bikin gatal-gatal.

Banyak jenis kayu lain yang kita punya yang corak teksturnya tidak kalah indah dibanding dengan jati. Keunggulan seperti ini yang akan kita manfaatkan untuk bersaing di pasaran dunia. Dengan demikian konsumsi sumber daya hutan kita dapat sedikit dihemat namun derivat produknya tetap variatif.

Tetapi bukankah kayu jati terkenal lebih kuat ?

Soal kekuatan sekarang bisa direkayasa dengan teknologi. Misalkan, kayu randu sekalipun, dengan rekayasa teknik kekuatannya bisa sama dengan kayu jati.

Dimana dan kapan pabrik plywood milik Perhutani itu akan beroperasi ?

Di Gresik. Tahun depan (2008) sudah harus beroperasi. Kapasitas terpasang sekitar 40 ribu log. Khususnya kayu sengon. Tapi bisa dipakai untuk seluruh jenis kayu lunak. Dengan komitmen yang kompak dari segenap jajaran pemerintah, direksi Perhutani sampai tingkatan mandor, Insya Allah kami dapat bersaing dengan industri sejenis di Malaysia.

Konsumen dari Dubai sudah memberi kepercayaan kepada kita. Bukankah ini merupakan peluang bagus? Kita ini kalah kompak dibanding Malaysia dalam menyiasati dinamika pasar global.

Padahal dibanding Malaysia, kita lebih berlimpahan bahan baku. Pabrik plywood lain bisa saja mati karena ketiadaan pasokan bahan baku, sedangkan Perhutani kan memiliki kawasan hutan sehingga selalu dapat mengantisipasi problem persediaan bahan bakunya.

Bisa Anda rincikan soal ketersediaan bahan baku untuk industri plywood itu ?

Dalam hal ketersediaan bahan baku, Perhutani memiliki kawasan hutan yang terbagi dalam sebutan zona inti dan zona plasma. Untuk zona inti sudah lama menjadi area core bisnis Perhutani dengan produksi kayu jati dan jenis kayu rimba lain.

Sedangkan zona plasma yang kemudian menjadi area pengembangan hutan bersama masyarakat (PHBM), sangat terbuka peluang untuk pengembangan tanaman sengon dan beragam jenis kayu lunak umumnya.

Anda tadi bilang kita harus kompak untuk menghadapi dinamika pasar global, maksudnya ?

Perubahan trend di negara lain akan berdampak kepada kita, tapi bisnis ini memang harus tetap berjalan sesuai aturan-aturan mainnya. Nah, dalam menghadapi pasar global yang terus bergerak cepat dan seringkali berubah-ubah trendnya inilah kita harus kompak.

Anda tahu, ketika tahun kemarin kayu sengon kita laku pesat, sempat pula muncul isu bahwa kayu sengon kita mengandung formalin. Ini kan terasa kental sekali nuansa political bisnisnya. Persaingan bisnis bernuansa taktik politik saling menjatuhkan.

Kemudian ramainya isu tentang illegal loging. Perhutani mana ada illegal loging, tapi terkena dampaknya juga. Sempat pula dipertanyakan ihwal lacak balaknya. Lo, kalau soal demikian Perhutani jauh lebih tertib. Dari Kesatuan Pemangkuan Hutan mana berasal, serta dari petak hutan nomor berapa asal pohon kayu itu ditanam. Asal usul pohonnya sangat jelas. Ini persaingan antar kepentingan bisnis saya kira.

Maksud anda orang perhutani perlu siap mental seraya menilai wajar kalau isu-isu seperti itu sekedar ekses persaingan bisnis global ?

Ya. Ini perkara wajar yang senantiasa akan dihadapi siapa saja yang bergerak di dunia bisnis dengan iklim persaingan yang kian ketat seperti saat ini. Oleh karena itu kita harus kompak dan senantiasa memelihara positif thinking untuk maju. Karena sesungguhnya kita punya banyak keunggulan dalam ragam varian tanaman sebagai bahan baku industri kayu.

Nah, menurut saya, seharusnya di dalam RGP (rencana perusahaan) Perhutani, di SDH (sumber daya hutan) itu dipetakan (maping) lebih dulu. Tidak asal tanam. Pilihan atas Acasia mangium itu saya anggap salah. Karena harga di pasaran sangat murah.

Jadi, sekarang ini tidak bisa lagi ngotot harus tanam ini karena memang ketentuan klas perusahaannya semenjak dulu sudah begitu. Janganlah asal mensakralkan segala ketentuan yang dibuat di masa lalu sebelum melihat konteksnya secara menyeluruh.

Apakah untuk ini Perum Perhutani memiliki rujukan data yang memadai ?

Saya rasa kita memiliki data yang akurat. Misalnya, berapa sih kebutuhan mahoni dan berapa sonokeling. Jangan sampai orang cari sonokeling sekarang gampang tapi besok susah. Perum Perhutani punya kewajiban untuk menata ini. (P09J02.4. – SJTE)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

close