Breaking

Kamis, 10 Januari 2008

Latar Belakang Penggunaan Kayu

History – Teak wood – Utilization


Mendapat pencerahan selepas dekade panjang era kegelapan oleh kungkungan kultur tradisi ortodoks yang kaku khas masa lampau - abad pertengahan - bangsa-bangsa di Eropa pun kejangkitan gelora jaman renaisance, sebuah fase jaman yang marak semangat eksplorasi pengetahuan tentang alam fisik dan hubungannya dengan keberadaan manusia.

Era kebangkitan ini antara lain ditandai dengan kemunculan sosok-sosok pemikir berpengaruh seperti diantaranya Copernicus, Archimides, Galileo Galilei sampai kepada James Watt sang penemu mesin uap.

Empat sosok besar inilah setidaknya yang telah memberi andil kuat dalam penimbulan jaman kayu yang merupakan cikal bakal pertumbuhan peradaban moderen sehingga sekarang.

Copernicus mampu meyakinkan orang bahwa bentuk planet bumi bulat bak bola raksasa; Archimides memberikan pedoman tentang keadaan berat jenis material - sehingga benda seberat apapun asal sifat dasarnya ringan tetap dapat mengambang diatas air; Sedangkan Galileo dengan hitungan-hitungan temuannya memudahkan orang merancang aneka barang kontruksi yang diinginkan tanpa menentang kaidah alamiah.

Jaman renaisance ditandai spirit penjelajahan hamparan bola Bumi, karena bagi banyak orang Eropa masa itu - kecuali ingin membuktikan kebenaran teori bumi bulat - juga terkandung hasrat beroleh kemakmuran dari tempat-tempat yang jauh dari kediamannya, di segala penjuru planet ini.

Pemenuhan hasrat seperti ini, tentu saja melahirkan tuntutan akan ketersediaan sarana transportasi yang andal, baik untuk menjelalahi antero daratan ataupun saat harus menyeberangi samudera lautan.

Dari sini kiranya awal kemunculan jaman kayu, sebuah istilah sederhana guna menggambarkan betapa penting dan dominannya peranan kayu pada waktu itu. Wajar saja, dalam perkembangan teknologi yang tergolong masih sederhana kala itu, kayu menjadi pilihan utama karena sifatnya yang mudah diolah dan gampang diperoleh.

Penemuan mesin uap menimbulkan revolusi besar-besaran dari segi jumlah penggunaan kayu - khususnya untuk pembuatan maupun bahan bakar sarana transportasi yang berkapasitas jelajah lebih kuat - baik dalam moda transportasi daratan berupa kereta api, ataupun di lautan dengan kapal laut bermesin uap.

Sebelumnya, secara tradisional bangsa manusia pun telah bergenerasi memanfaatkan kayu sebagai bahan penting dalam peradabannya. Hanya saja, volume penggunaannya masih dapat tercukupi oleh riap pertumbuhan pohon secara alamiah.

Era mesin uap menyebabkan kemampuan alamiah seperti ini terlampaui. Akibatnya kawasan hutan di benua Eropa-lah yang pertama kali menjadi korban. Habis ditebang untuk keperluan gerak transportasi maupun bahan bakar banyak mesin pabrik. Berikutnya mudah ditebak, imbas jaman kayu pun rata menerpa antero kawasan hutan di segenap penjuru Bumi.

Untunglah, bangsa Jerman agaknya yang pertama kali menyadari datangnya situasi kritis tersebut. Mereka pun mulai mengembangkan ilmu kehutanan berbasis prinsip silvikultur guna pemulihan kawasan hutannya.

Dalam tahun 1849 didatangkan ahli kehutanan berkebangsaan Jerman, ialah Y.N. Mullier dan Y.H.G. Yordens dan ditugaskan di hutan jati Rembang. Mullier dalam tahun 1865 pensiun sebagai inspektur kehutanan, dan disusul Yordes, bekas opsir angkatan laut, pensiun pula sebagai inspektur kehutanan dalam tahun 1866.

Dapat dikatakan, merekalah pioner yang didatangkan oleh kekuasaan kolonialis Belanda untuk membantu proses pemulihan sekaligus mencegah kerusakan hutan jati di pulau Jawa. (P04J02 – SJTE)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

close