Breaking

Kamis, 10 Januari 2008

Kayu Jati Dalam Peradaban Hindustan

History – Teak forest – Plant


Di masa dahulu, bangsa India di tanah kelahirannya bisa jadi adalah kelompok manusia yang pertama kali mengetahui keunggulan mutu kayu jati, sehingga lantas memanfaatkannya untuk menunjang kenyamanan hidup mereka.

Antara lain, di tanah India masa lalu kayu jati mulai digunakan untuk bahan penting pembuatan rumah dan perabotannya, juga untuk memenuhi keperluan bahan bakar dapur keluarga. Serta sebagai bahan penting dalam pembuatan sarana transportasi mereka – untuk pembuatan roda dan gerobak sapi.

Kemudian terjadilah ledakan jumlah penggunaan kayu jati seiring lonjakan jumlah populasi manusia di sana. Situasi seperti itu sudah pasti potensial untuk mengancam kelangsungan hutan jati. Kawasan ini, karenanya, dapat musnah sewaktu-waktu.

Selanjutnya, para pemikir dan penguasa bangsa India berupaya menemukan cara untuk membatasi jumlah pemakaian kayu jati. Untuk mempertahankan keberadaan kawasan hutan jati yang masih tersisa saat itu.

Tujuan pokoknya adalah demi mengembalikan lagi fungsi penting hutan jati selaku penjamin keseimbangan musim.

Kemudian mereka menciptakan suatu cara, sebuah keadaan yang memungkinkan untuk membentuk sikap dan perilaku manusia yang ramah terhadap area hutan jati.

Teknik yang paling efektif dalam periode waktu itu adalah dengan melekatkan dan mengadaptasikannya, dengan keyakinan tradisi religi mereka (Hinduisme).

Dengan dasar keyakinan seperti ini pula, maka kemudian pemanfaatan kayu jati hanya diprioritaskan kepada lapisan atas dalam struktur kehidupan sosial mereka.

Penebangan pohon Jati akhirnya tidak lagi dapat dilakukan oleh sembarang orang dengan sembarang cara. Melainkan hanya kepada orang-orang tertentu yang atas restu kerajaan diijinkan menebang pohon jati, dimulai dengan serangkaian ritual mistik yang rumit.

Dalam periode seperti itu pula kemudian mulai diperkenalkan teknik budi daya pohon jati. Tidak lagi hanya mengandalkan dari hutan jati alam, untuk mengambil kayunya. Melainkan dibuat area-area hutan khusus untuk memelihara pohon jati.

Dengan cara ini mulai dapat diperoleh kayu-kayu jati yang batangnya lurus. Tidak lagi seperti kayu jati alamiah yang memiliki banyak cacat mutu bekas percabangan dan ranting pohon.

Pohon jati yang dibiarkan tumbuh alamiah, biasanya saat diambil kayunya banyak yang bengkok dan berlubang-lubang bekas percabangan dan ranting pohonnya.

Membedakan yang mana kayu jati dari pohon hutan alami dengan yang hasil budi daya manusia dengan demikian sesungguhnya bukan perkara sulit.

Karena jika dibiarkan tumbuh alami maka bentuk pohon jati akan seperti tanaman lainnya. Ialah akan berbentuk seperti semak belukar raksana, sehingga akan susah diperoleh batang kayu yang lurus mulus darinya.
(P02J01 – SJTE)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

close