underwater |
Penulis : Marisa Reichardt.
Penerjemah : Merry Riansyah.
Penyunting : Ayu Yudha.
Cetakan : pertama, Maret 2017.
ISBN : 978-602-60443-4-1
Copyright 2015 by Marisa Reichardt. All Right Reserved. Published in agreement with kt Literary, llc through RightsMux. Indonesian language translation copyright 2016 by Penerbit Spring an imprint of Penerbit Haru.
No part of this book may be reproduced or transmitted in any firm or any means, electronic or mechanical, including photocopying, recording or by any information storage and retrieval system, without permission in writing from Publisher.
Blurb :
Memaafkanmu akan membuatku bisa memaafkan diriku sendiri.
Morgan tidak bisa keluar dari pintu depan apartemennya, rumah yang dia tinggali bersama ibu dan adik laki – lakinya. Gadis itu merasa sedang berada di bawah air, tidak mampu naik ke permukaan, tidak mampu bertemu dengan teman – temannya, tidak mampu ke sekolah.
Saat Morgan kira dia tidak bisa menahan napasnya lebih lama lagi, seorang cowok pindah ke sebelah rumahnya. Evan mengingatkannya pada laut yang asin, dan semangat yang dia dapatkan dari berenang. Mungkin, Evan adalah bantuan yang dia butuhkan untuk terhubung kembali dengan dunia luar…
Review :
Beberapa waktu yang lalu berkesempatan untuk membaca 150 halaman novel Underwater. Dan sekarang bisa full baca novelnya, ada Giveawaynya juga. Sebelum itu, baca dulu yuk review-ku.
Novel terjemahan yang menonjolkan tokoh yang memiliki rasa trauma yang hebat. Atau bisa disebut dengan PTSD = Post Traumatic Stress Disorder (Gangguan Stress Pasca Trauma). Selain menceritakan tentang Morgan, novel ini juga menceritakan tentang Ayah Morgan yang juga memiliki trauma dengan kesulitan yang berbeda. Tetapi penulis memberikan sudut pandang yang berbeda, bagaimana Morgan dan Ayah berjuang untuk bangkit dari trauma.
Masa – masa SMA seharusnya menyenangkan, tapi tidak bagi Morgan yang menghabiskan kurang lebih 5 bulan di Apertemennya. Kejadian mengerikan di sekolahnya membuat Morgan mengalami trauma, bertemu orang banyak Morgan merasa mual dan sekarat, dia butuh terapi. Brenda, merupakan psikolog, dengan sukarela menemani Morgan untuk menghadapi masa – masa sulit, 3 kata yang di berikan Brenda untuk Morgan jika merasa mual, tiba – tiba panik atau merasa sekarat, yaitu :
1. Bernapaslah.
2. Kau baik – baik saja.
3. Kau tidak sekarat.
Sekarang seluruh hidupku merupakan perlombaan. Setiap menit mengarah ke menit selanjutnya. Setiap hari menjadi patokan hari selanjutnya. Hidupku adalah garis akhir konstan. Hidupku seperti lagu lambat yang dimainkan dengan tempo cepat. - halaman 24 -
Aku memikirkan betapa akan menyenangkan jika saat ini terjadinya setahun yang lalu. Ketika aku masih aku yang dulu. - halaman 30 -
Kehadiran Evan membuat Morgan merindukan dunia luar, dulu Morgan adalah bagian dari tim renang di sekolahnya. Aroma tubuh Evan, seperti laut yang tentu saja dirindukan oleh Morgan, apalagi ketika Evan memberikannya CD kegiatan Evan saat berselancar. Morgan merindukan sinar matahari, deburan ombak, merindukan dunianya yang dulu.
Keinginan Morgan untuk bangkit kembali sangat kuat, apalagi Adiknya, yaitu Ben memohon kepada Morgan untuk hadir ke acara pertunjukkan di sekolah Ben, karena Ben akan berperan dalam drama pementasan.
Meskipun Morgan memiliki tekad yang kuat, tak semulus dengan kenyataannya, Morgan masih terkurung dalam peristiwa 15 belas Oktober. Dan hubungan antara Morgan dan Evan ternyata rumit dari kelihatannya.
Novel ini menggunakan PoV pertama, menggunakan sudut pandang Morgan. Entahlah, aku kok gregetan ya dengan sifat Morgan, meskipun bersimpati dengan perjuangannya melawan trauma, tapi agak gemez gimana gitu, karena memutuskan semuanya berdasarkan pemikirannya sendiri, cenderung egois. Ikh pengin cubit nih! Seperti pusat dunia ada di dirinya, padahal Morgan tidak sedikitpun bertanyata kepada teman – temannya ataupun Evan tentang perasaan mereka.
Selain review, ada juga ask to author , bahagianya diberikan kesempatan untuk bertanya ke penulisnya, Marisa Reichardt !
a. Seperti apa proses Anda dalam mengembangkan karakter yang memiliki PTSD seperti Morgan?
A: Saya biasanya menulis di luar rumah, di kedai kopi atau di perpustakaan, karena saya suka berada di tengah aktivitas dan pergerakan banyak orang saat saya sedang bekerja. Namun ketika saya menulis Underwater, saya mendapati bahwa cara tersebut tidak bisa saya lakukan untuk menulis kisah ini. Jadi saya menulis Underwater di rumah saya, sendirian, dengan tirai tertutup dan dalam keheningan, tidak ada TV atau musik atau apa pun. Saya merasa perlu berada di sebuah ruangan tertutup yang tenang dan soliter—secara fisik maupun mental—untuk bisa menceritakan kisah Morgan.
b. Saya mengagumi cara Morgan berjuang untuk bertahan dari masa lalunya yang pahit. Pesan apa yang ingin Anda sampaikan kepada pembaca Anda melalui kisah Underwater ini?
B : Bahwa Anda tidak sendirian. Sungguh. Jika ada satu hal saja yang saya harap bisa diperoleh para pembaca dari kisah ini, adalah bahwa selalu ada bantuan di suatu tempat dan tidak apa-apa jika Anda meminta bantuan orang lain saat Anda berjuang menghadapi masalah.
Oke, saatnya Giveaway!
GA ini bersifat Final, jadi teman - teman yang ingin ikut GA ini, kumpulkan potongan puzzle dari setiap bloghost, nantinya akan ada postingan GA Final di FP Penerbit Spring. Nah, giliranku nih yang kasih potongan puzzle :
Keinginan Morgan untuk bangkit kembali sangat kuat, apalagi Adiknya, yaitu Ben memohon kepada Morgan untuk hadir ke acara pertunjukkan di sekolah Ben, karena Ben akan berperan dalam drama pementasan.
Meskipun Morgan memiliki tekad yang kuat, tak semulus dengan kenyataannya, Morgan masih terkurung dalam peristiwa 15 belas Oktober. Dan hubungan antara Morgan dan Evan ternyata rumit dari kelihatannya.
Novel ini menggunakan PoV pertama, menggunakan sudut pandang Morgan. Entahlah, aku kok gregetan ya dengan sifat Morgan, meskipun bersimpati dengan perjuangannya melawan trauma, tapi agak gemez gimana gitu, karena memutuskan semuanya berdasarkan pemikirannya sendiri, cenderung egois. Ikh pengin cubit nih! Seperti pusat dunia ada di dirinya, padahal Morgan tidak sedikitpun bertanyata kepada teman – temannya ataupun Evan tentang perasaan mereka.
Selain review, ada juga ask to author , bahagianya diberikan kesempatan untuk bertanya ke penulisnya, Marisa Reichardt !
a. Seperti apa proses Anda dalam mengembangkan karakter yang memiliki PTSD seperti Morgan?
A: Saya biasanya menulis di luar rumah, di kedai kopi atau di perpustakaan, karena saya suka berada di tengah aktivitas dan pergerakan banyak orang saat saya sedang bekerja. Namun ketika saya menulis Underwater, saya mendapati bahwa cara tersebut tidak bisa saya lakukan untuk menulis kisah ini. Jadi saya menulis Underwater di rumah saya, sendirian, dengan tirai tertutup dan dalam keheningan, tidak ada TV atau musik atau apa pun. Saya merasa perlu berada di sebuah ruangan tertutup yang tenang dan soliter—secara fisik maupun mental—untuk bisa menceritakan kisah Morgan.
B : Bahwa Anda tidak sendirian. Sungguh. Jika ada satu hal saja yang saya harap bisa diperoleh para pembaca dari kisah ini, adalah bahwa selalu ada bantuan di suatu tempat dan tidak apa-apa jika Anda meminta bantuan orang lain saat Anda berjuang menghadapi masalah.
GA ini bersifat Final, jadi teman - teman yang ingin ikut GA ini, kumpulkan potongan puzzle dari setiap bloghost, nantinya akan ada postingan GA Final di FP Penerbit Spring. Nah, giliranku nih yang kasih potongan puzzle :
Kumpulkan juga potongan puzzle di blog host berikut :
bloghost underwater |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar