Breaking

Kamis, 06 April 2017

Kisah pengeboman Electrische Centrale Manggar Belitung Timur

Blogger Belitung - E.C merupakan kependekan dari Electrische Centrale, yaitu sebentuk Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang pernah dimiliki oleh Belitong. Namun sayangnya PLTD Electrische Centrale ini sudah tidak ada lagi. Yang tersisa hanyalah puing-puing sisa fondasi bangunan tersebut. Pada masa itu, PLTD E.C ini disebut-sebut sebagai PLTD sebesar se-Asia Tenggara!

PLTD ini dibangun sekitar 1909 oleh perusahaan pertambangan swasta Belanda, bernama NV Billiton Maatschappij yang kemudian berganti nama menjadi NV GMB. Nama E.C sebagai PLTD terbesar itu disampaikan di sekolah sekitar tahun 1950an dalam pelajaran Ilmu Bumi atau yang sekarang disebut Geografi. Total daya yang dihasilkan oleh E.C kala itu sebesar 11,6 Megawatt dari sembilan mesin diesel. Diantara mesin diesel yang menjadi kekuatan E.C itu ada nama-nama seperti Sulzer buatan Swiss, Stork-Hesselman buatan Belanda, dan MaK buatan Jerman.

Ada suatu cerita menarik tentang PLTD E.C Manggar ini dan generasi sekarang mungkin tidak begitu banyak yang mengetahuinya.

Ketika mengunjugi salah satu tokoh masyarakat yang berdiam di Kota Manggar – sebut saja namanya Kek Masri - saya mendapatkan cerita berbau mistis tentang E.C ini. Dimana pada saat Jepang mengobarkan Perang Asia Timur Raya atau lebih dikenal dengan Perang Pasifik dan salah satunya tujuannya adalah hendak menguasai Indonesia (termasuklah Belitung), Jepang sangat berambisi sekali menghancurkan segala infrastuktur milik Belanda yang ada di Belitung, salah satunya adalah PLTD Electrische Centrale ini.

Berulang kali pesawat tempur Jepang hendak mengebom Electrische Centrale ini. Namun semuanya gagal. Menurut cerita beliau, saat Jepang melakukan serangan udara atas bangunan Electrische Centrale tersebut, bangunan PLTD ini seolah-olah tidak terlihat sama sekali oleh pilot pesawat tersebut. Seperti ada kabut yang menyungkupi diatas Electrische Centrale ini sehingga pilot tidak bisa melihat dan tidak bisa melakukan penghancuran dengan menjatuhkan bom.

Takdir kehancuran PLTD Electrische Centrale rupanya memang sudah tidak bisa dielakkan. Kalau saat itu Jepang tidak mampu menghancurkan Electrische Centrale serangan bom, berpuluh tahun kemudian akhirnya Electrische Centrale ini luluh lantak juga. Yang menghancurkan Electrische Centrale ini justru beberapa oknum masyarakat sendiri. Tentunya atas perintah orang(-orang) yang berkepentingan dalam arti tertentu.

Sekarang ini Electrische Centrale hanyalah tinggal puing-puing dan puing-puing tersebut masih bisa dilihat saat anda mengunjungi Kota Manggar, Ibukota Kabupaten Belitung Timur, tepatnya di Desa Lalang, berjarak sekitar 100an meter dari Kantor Desa Lalang, Manggar, Belitung Timur.

Takdir memang tidak bisa dielakkan. Sejarah telah terukir!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

close