Breaking

Selasa, 21 Maret 2017

Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh

Dasril Iteza - Masjid Raya Baiturrahman Aceh adalah salah satu dari beberapa masjid yang selamat dari terjangan ganas saat tsunami terjadi. Sayang sekali, karena keterbatan, saya tidak dapat mengunjungi masjid-masjid lainnya. Masjid yang berjarak sekitar 500 meter dari bibir pantai ini menjadi saksi bisu peristiwa tahun 2004 yang lalu. Dikutip dari berbagai sumber, ketika gelombang terjadi, hanya sembilan orang yang selamat di masjid ini, enam orang laki-laki dan tiga orang perempuan serta seorang bayi berumur tiga bulan.


Tulisan Sisiria Jayasuria dan Peter McCawley dalam buku “The Asian Tsunami” agaknya menjelaskan hal itu dari sudut pandang ilmiah. Dalam buku yang terbit pada 2010 itu, keduanya menulis bahwa Banda Aceh terletak pada radius 300 km dari episentrum gempa Megathrust. Banda Aceh tempat yang pertama kali terkena dampak gempa megathrust. Gedung dan rumah runtuh mengakibatkan para penghuninya tertimbun puing reruntuhan.

McCawley menerangkan, awalnya tsunami memang terlihat seperti ombak biasa yang tidak tinggi. Namun, setelah ombak datang, muncul gelombang-gelombang susulan yang langsung bergulung bila terhalang sesuatu. Semakin tinggi halangannya, makin besar pula gulungannya. Gelombang dahsyat baru muncul ketika air bah berupaya menerobos dan mengungguli daerah yang lebih tinggi melalui gelombang susulannya.


Dalam buku The Indian Ocean Tsunami (2007) tim peneliti tsunami dari Jepang mengukur ketinggian ombak yang paling tinggi berada di Rhiting, sebelah barat daya Banda Aceh, mencapai 48,8 meter. Sedangkan di Kota Banda Aceh yang datar, gelombang tsunami paling tinggi mencapai 6 meter.

Kedua buku itu memberikan gambaran bahwa tsunami di Aceh bukanlah seperti gambaran awam tentang gelombang raksasa yang menjulang tinggi sejak datang dari samudera. Tsunami yang datang ke daratan yang datar bukanlah empasan ombak raksasa, melainkan desakan gelombang laut. Masalahnya, gelombang laut itu mengamuk menjadi gelombang susulan yang bergulung tinggi jika menemui daerah yang lebih tinggi.

Itulah sebabnya, Masjid Raya Baiturrahman di Banda Aceh masih tegak berdiri dan tidak tergulung gelombang besar. Wilayah datar yang terbuka di sekitar masjid dinilai mampu menjinakkan gelombang laut yang datang. Area yang terbuka dan tidak tersekat-sekat juga berfungsi mengendalikan barang-barang yang terbawa arus agar tak bertumpuk dan menerjang setiap obyek di depannya.


Adapun hancurnya berbagai bangunan yang terkena empasan tsunami umumnya disebabkan oleh tumpukan material yang makin lama menggunung terbawa arus gelombang. Benda besar seperti kapal pembangkit listrik milik PLN (sekarang menjadi Situs Tsunami PLTD Apung) yang terseret gelombang tsunami hingga 3,5 km ke daratan adalah salah satu material yang menerjang objek yang dilewatinya. Objek-objek yang lebih kecil dan lebih rapuh dari kapal itu tentu saja kalah ketika diterjang.

Disisi lain, Masjid Raya Baiturrahman Aceh pernah dibakar oleh Belanda pada tahun 1873 saat agresi militer kedua, merupakan peninggalan bersejarah Kesultanan Aceh yang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam dan menjadi titik sentral dari kegiatan di Provinsi Aceh.

Ada perasaan dan hawa sejuk yang menjalar lewat telapak kaki tatkala saya memasuki masjid (15 Maret 2017) yang megah nan indah ini meskipun saat itu masih dalam kondisi renovasi. Diantara sekian banyak hal yang direnovasi, diantaranya adalah adanya dengan dibangunnya payung besar. Payung tersebut menyerupai payung yang dipasang di Masjid Nabawi di Madinah, Arab Saudi. Jumlahnya sebanyak 12 unit dengan rincian enam di sisi utara dan enam di sebelah selatan masjid. Selain dibangun payung, lantai halaman masjid juga diubah. Jika sebelumnya rumput hijau, kini diganti dengan marmer.


Selain itu juga dibangun basement yang digunakan untuk parkir kendaraan roda dua atau pun empat, setidaknya kurang lebih itulah pemandangan untuk mendeskripsikan hal yang saya lihat tatkala berkunjung ke Aceh beberapa hari lalu. Masjid ini memiliki halaman yang sangat luas di mana Masjid Raya Baiturrahman termasuk salah satu Masjid terindah di Indonesia yang memiliki arsitektur yang memukau, ukiran yang menarik. Tak heran kalau masjid ini merupakan tempat bersejarah yang memiliki nilai seni tinggi, Masjid Raya Baiturrahman menjadi objek wisata religi yang mampu membuat setiap wisatawan yang datang berdecak kagum akan sejarah dan keindahan arsitekturnya.

Menurut sejarah, pada masa Kesultanan Aceh Darussalam, Selain Masjidil Haram di kota suci Makkah, Masjid Raya Baiturrahman ini juga menjadi salah satu pusat pembelajaran agama Islam yang dikunjungi oleh orang-orang yang ingin mempelajari Islam dari seluruh penjuru dunia.

Sebagai salah satu dari sekian banyak wisatawan domestik, saya pun tidak ketinggalan mengabadikan diri dalam beberapa jepretan foto saat berkunjung ke masjid bersejarah ini, sebagaimana menyertai postingan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

close